Artikel

Wiji Dadi dalam Adat Jogja: Simbolisme Kesuburan dan Harapan Kehidupan Baru

Wiji Dadi dalam Adat Jogja: Simbolisme Kesuburan dan Harapan Kehidupan Baru

Dalam rangkaian prosesi pernikahan adat Jawa, khususnya di Yogyakarta, terdapat sebuah ritual yang sarat makna dan simbolisme, yaitu Wiji Dadi. Ritual ini dilakukan setelah prosesi ijab kabul dan sebelum kedua mempelai memasuki kehidupan baru sebagai pasangan suami istri. Wiji Dadi bukan hanya sekadar tradisi, tetapi juga mengandung nilai-nilai filosofis yang mendalam tentang kesuburan, harapan, dan tanggung jawab dalam membangun keluarga. Artikel ini akan mengupas tuntas mengenai Wiji Dadi dalam adat Jogja, mulai dari pengertian, sejarah, tata cara pelaksanaan, makna filosofis di balik setiap tahapan, hingga perkembangan dan relevansinya di era modern.

1. Pengertian dan Sejarah Wiji Dadi

Wiji Dadi berasal dari bahasa Jawa, yang secara harfiah berarti “benih menjadi”. Dalam konteks pernikahan adat Jogja, Wiji Dadi adalah ritual di mana pengantin pria menginjak telur ayam kampung mentah hingga pecah, kemudian pengantin wanita membasuh kaki pengantin pria dengan air yang telah dicampur bunga.

Ritual ini memiliki akar sejarah yang panjang dalam budaya Jawa. Konon, Wiji Dadi berasal dari kepercayaan masyarakat Jawa kuno tentang pentingnya kesuburan dan keberlangsungan keturunan. Telur yang diinjak melambangkan benih kehidupan, sedangkan air yang digunakan untuk membasuh kaki melambangkan kesucian dan pembersihan.

Wiji Dadi juga dipercaya memiliki makna spiritual yang mendalam. Ritual ini dianggap sebagai bentuk permohonan kepada Tuhan agar kedua mempelai segera dikaruniai keturunan yang sehat dan saleh. Selain itu, Wiji Dadi juga menjadi simbol kesiapan kedua mempelai untuk memasuki kehidupan baru sebagai orang tua.

2. Tujuan Wiji Dadi

Wiji Dadi memiliki beberapa tujuan penting dalam pernikahan adat Jogja, antara lain:

  • Simbol Kesuburan: Wiji Dadi melambangkan harapan agar kedua mempelai segera dikaruniai keturunan yang sehat dan saleh. Telur yang diinjak dianggap sebagai simbol benih kehidupan yang akan tumbuh dan berkembang menjadi anak-anak yang membanggakan.
  • Pembersihan dan Kesucian: Air yang digunakan untuk membasuh kaki pengantin pria melambangkan kesucian dan pembersihan. Ritual ini diharapkan dapat membersihkan kedua mempelai dari segala energi negatif dan aura buruk, sehingga mereka dapat memulai kehidupan baru dengan hati yang bersih dan suci.
  • Tanggung Jawab Suami: Wiji Dadi juga menjadi simbol tanggung jawab suami dalam menafkahi dan melindungi istri serta keluarganya. Dengan menginjak telur, pengantin pria menunjukkan kesiapannya untuk menjadi seorang ayah dan kepala keluarga yang bertanggung jawab.
  • Keharmonisan Rumah Tangga: Wiji Dadi juga melambangkan harapan agar kedua mempelai dapat hidup harmonis dan saling melengkapi dalam kehidupan rumah tangga.

3. Tata Cara Pelaksanaan Wiji Dadi

Prosesi Wiji Dadi biasanya dilakukan setelah ijab kabul dan sebelum kedua mempelai memasuki pelaminan. Berikut adalah tata cara pelaksanaan Wiji Dadi:

  • Persiapan: Siapkan satu butir telur ayam kampung mentah, air bersih yang telah dicampur dengan bunga setaman (bunga mawar, melati, kenanga, dll.), dan kain mori untuk membasuh kaki.
  • Injak Telur: Pengantin pria menginjak telur ayam kampung mentah dengan kaki kanannya hingga pecah. Telur ini biasanya diletakkan di atas kain mori atau wadah lainnya.
  • Basuh Kaki: Setelah telur pecah, pengantin wanita akan membasuh kaki kanan pengantin pria dengan air bunga setaman. Pembasuhan kaki ini dilakukan sebagai simbol bakti istri kepada suami.
  • Doa: Setelah pembasuhan kaki selesai, biasanya dilanjutkan dengan doa bersama yang dipimpin oleh seorang sesepuh atau tokoh agama. Doa ini bertujuan untuk memohon berkah dan kelancaran dalam kehidupan rumah tangga kedua mempelai.

4. Makna Filosofis Wiji Dadi

Setiap tahapan dalam Wiji Dadi memiliki makna filosofis yang mendalam:

  • Telur Ayam Kampung Mentah: Telur ayam kampung mentah melambangkan benih kehidupan yang masih suci dan belum terkontaminasi. Dengan menginjak telur, pengantin pria menunjukkan kesediaannya untuk bertanggung jawab atas kehidupan baru yang akan ia ciptakan bersama istrinya.
  • Kain Mori: Kain mori yang digunakan untuk membungkus telur dan membasuh kaki melambangkan kesucian dan kebersihan. Kain mori juga dianggap sebagai simbol kesederhanaan dan kerendahan hati.
  • Air Bunga Setaman: Air bunga setaman melambangkan kesegaran, keharuman, dan keindahan. Dengan membasuh kaki pengantin pria menggunakan air bunga, pengantin wanita menunjukkan rasa hormat dan kasih sayangnya kepada suami.
  • Doa: Doa yang dipanjatkan setelah prosesi Wiji Dadi selesai merupakan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas karunia pernikahan dan permohonan agar kedua mempelai selalu diberikan kebahagiaan, kesehatan, dan keturunan yang saleh.

5. Persiapan Wiji Dadi

Persiapan Wiji Dadi relatif sederhana, namun perlu dilakukan dengan cermat agar acara berjalan lancar. Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipersiapkan:

  • Telur Ayam Kampung Mentah: Pastikan telur ayam kampung yang digunakan masih segar dan tidak retak.
  • Air Bunga Setaman: Siapkan air bersih yang telah dicampur dengan bunga setaman. Bunga-bungaan yang biasa digunakan antara lain mawar, melati, kenanga, dan kantil.
  • Kain Mori: Siapkan kain mori yang cukup besar untuk membungkus telur dan membasuh kaki.
  • Wadah: Siapkan wadah untuk menampung air bunga setaman dan telur yang telah dipecahkan.
  • Sesepuh atau Tokoh Agama: Mintalah bantuan sesepuh atau tokoh agama untuk memimpin doa bersama setelah prosesi Wiji Dadi selesai.

6. Variasi dan Perkembangan Wiji Dadi

Tradisi Wiji Dadi dalam pernikahan adat Jogja telah mengalami beberapa variasi dan perkembangan seiring dengan perubahan zaman. Beberapa variasi yang sering ditemui antara lain:

  • Wiji Dadi dengan Telur Bebek: Di beberapa daerah, telur ayam kampung digantikan dengan telur bebek. Telur bebek dianggap memiliki makna yang sama dengan telur ayam kampung, yaitu melambangkan kesuburan dan harapan akan kehadiran keturunan.
  • Wiji Dadi dengan Air Kembang Tujuh Rupa: Air bunga setaman digantikan dengan air kembang tujuh rupa, yaitu air yang dicampur dengan tujuh jenis bunga yang berbeda. Setiap jenis bunga memiliki makna simbolis tersendiri, seperti mawar yang melambangkan cinta, melati yang melambangkan kesucian, dan kenanga yang melambangkan keharuman.
  • Wiji Dadi dengan Air Zamzam: Bagi umat Islam, air zamzam dianggap sebagai air suci. Oleh karena itu, beberapa pasangan memilih untuk menggunakan air zamzam dalam prosesi Wiji Dadi.

Selain itu, di era modern ini, banyak pasangan yang memilih untuk mengadakan Wiji Dadi di tempat-tempat yang lebih modern, seperti hotel atau gedung pertemuan. Meskipun demikian, esensi dan makna dari Wiji Dadi tetap dipertahankan.

7. Relevansi Wiji Dadi di Era Modern

Meskipun Wiji Dadi merupakan tradisi yang telah ada sejak zaman dahulu, namun relevansinya tetap terasa hingga saat ini. Wiji Dadi tidak hanya menjadi simbol kesuburan dan harapan akan kehadiran keturunan, tetapi juga menjadi pengingat akan pentingnya nilai-nilai luhur dalam membangun keluarga.

Di era modern ini, banyak pasangan yang menghadapi tantangan dalam membangun keluarga, seperti kesibukan kerja, masalah ekonomi, dan perbedaan prinsip. Wiji Dadi dapat menjadi pengingat bagi pasangan untuk selalu bersyukur atas karunia pernikahan dan berusaha untuk membangun keluarga yang harmonis dan bahagia.

8. Tips Melestarikan Tradisi Wiji Dadi

Agar tradisi Wiji Dadi tetap lestari, ada beberapa hal yang dapat dilakukan:

  • Mengajarkan Tradisi kepada Generasi Muda: Penting untuk mengajarkan tradisi Wiji Dadi kepada generasi muda agar mereka dapat memahami makna dan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya.
  • Mengadakan Workshop atau Pelatihan: Mengadakan workshop atau pelatihan tentang tata cara pelaksanaan Wiji Dadi dapat menjadi cara yang efektif untuk memperkenalkan tradisi ini kepada masyarakat luas.
  • Mempromosikan Tradisi Melalui Media Sosial: Memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan tradisi Wiji Dadi dapat menjangkau audiens yang lebih luas dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya melestarikan budaya.
  • Mengintegrasikan Wiji Dadi dengan Konsep Pernikahan Modern: Wiji Dadi dapat diintegrasikan dengan konsep pernikahan modern tanpa menghilangkan esensi dan maknanya. Misalnya, dengan menggunakan dekorasi yang lebih kekinian atau menyajikan hidangan yang lebih bervariasi.

Kesimpulan

Wiji Dadi adalah sebuah tradisi yang kaya akan makna dan nilai-nilai luhur. Tradisi ini bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga mengandung filosofi yang mendalam tentang kesuburan, harapan, dan tanggung jawab dalam membangun keluarga. Dengan memahami makna dan tata cara Wiji Dadi, kita dapat lebih menghargai dan melestarikan tradisi ini sebagai bagian dari warisan budaya yang berharga.

Penulis Konten Hotel New Saphir Yogyakarta